DPW ALFI Jakarta meminta pemerintah untuk meninjau ulang tarif tol Cibitung-Cilincing yang dianggap terlalu mahal. Ketua DPW ALFI Jakarta, Adil Karim, menyatakan bahwa tarif yang tinggi menghambat distribusi logistik antara Cibitung dan Pelabuhan Tanjung Priok. Menurutnya, para pelaku logistik lebih memilih jalur tol Cikampek-Priok yang lebih murah, sehingga tujuan awal pembangunan tol Cibitung-Cilincing tidak tercapai.
Adil menekankan bahwa fungsi tol seharusnya mempermudah akses logistik dari pelabuhan ke kawasan industri. Namun, dengan tarif yang tinggi, biaya operasional perusahaan logistik tetap tinggi. ALFI berkomitmen untuk menekan biaya logistik di semua lini, namun hal ini sulit dilakukan jika tarif tol terlalu mahal.
ALFI Jakarta meminta pemerintah dan pengelola tol untuk membuka dialog dengan pelaku logistik guna menyesuaikan tarif agar tol ini memberikan manfaat optimal bagi sektor logistik nasional. Kenaikan tarif tol Cibitung-Cilincing seksi 1 dinilai tidak sesuai dengan prinsip utama keberadaan tol, yaitu mengurangi waktu tempuh dan biaya distribusi barang.
Sebagai contoh, tarif jalan tol sepanjang 34 km mencapai Rp 102.500 untuk kendaraan golongan II dan III, sementara tarif di JORR 1 sepanjang 66 km hanya Rp 25.000. Hal ini menunjukkan ketimpangan yang sangat besar dalam tarif tol. Dengan tarif yang tinggi, biaya operasional perusahaan logistik tetap tinggi, sehingga menekan biaya logistik menjadi sulit.
ALFI Jakarta berharap pemerintah dapat mempertimbangkan ulang tarif tol Cibitung-Cilincing demi keberlangsungan distribusi logistik yang lancar. Penyesuaian tarif dinilai penting agar tol ini dapat memberikan manfaat optimal bagi sektor logistik nasional. Semoga pemerintah dapat segera mengambil tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah ini.