Pemerintah Pastikan B40 Mulai Diterapkan pada 1 Januari 2025

Pemerintah Indonesia telah menetapkan implementasi program bahan bakar campuran biodiesel 40 persen (B40) akan dimulai pada 1 Januari 2025. Langkah ini sejalan dengan visi Presiden RI Prabowo Subianto yang menjadikan ketahanan pangan dan energi sebagai prioritas nasional. Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot menyatakan bahwa timnya sedang memastikan kesiapan pelaksanaannya dengan melakukan pengecekan langsung di Kilang Pertamina Refinery Unit II Dumai, Riau.

“Kami mengharapkan masukan dari Pertamina Patra Niaga maupun badan usaha lain terkait tantangan implementasi B40,” ujar Yuliot dalam keterangan resmi pada Selasa, 31 Desember 2024. “Misalnya, wilayah seperti Dumai yang cenderung panas, atau daerah dataran tinggi dengan suhu lebih dingin, apakah ada dampak yang perlu dipersiapkan baik oleh Pertamina maupun badan usaha BBM yang akan melaksanakan mandatori B40.”

Menurut Yuliot, kebutuhan biodiesel untuk mendukung program B40 diperkirakan mencapai 15,6 juta kiloliter per tahun, yang meliputi distribusi ke seluruh Indonesia. Oleh karena itu, kesiapan bahan baku dan rantai pasok menjadi prioritas utama. Kementerian ESDM juga terbuka terhadap masukan dari berbagai badan usaha untuk kelancaran implementasi B40.

Yuliot juga menyebutkan beberapa tantangan yang dihadapi, seperti perbedaan kondisi geografis di Indonesia, mulai dari wilayah panas seperti Dumai hingga daerah dataran tinggi yang lebih dingin. PT Pertamina (Persero) telah menyiapkan dua kilang utama untuk produksi B40, yaitu Refinery Unit III Plaju di Palembang dan Refinery Unit VII Kasim di Papua. Pencampuran bahan bakar solar dengan bahan bakar nabati akan dilakukan oleh Pertamina Patra Niaga.

“Kilang kami pada dasarnya memproduksi bahan bakar B0, dan insya Allah siap untuk memproduksi B40. Kilang yang akan memproduksi B40 adalah RU III Plaju dan RU VII Kasim, sementara pencampurannya dilakukan oleh Patra Niaga,” ungkap Direktur Operasi PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Didik Bahagia.

Selain B40, Pertamina juga memproduksi bioavtur atau Sustainable Aviation Fuel (SAF) dengan campuran 2,4 persen bahan bakar berbasis sawit. Produksi ini dilakukan di Green Refinery Kilang Cilacap dengan kapasitas pengolahan mencapai 9.000 barel per hari. Uji coba telah dilakukan menggunakan pesawat Garuda Indonesia Boeing 737-800.

Dengan langkah-langkah yang telah disiapkan oleh pemerintah dan perusahaan terkait, diharapkan implementasi program B40 dapat berjalan lancar dan memberikan manfaat positif bagi Indonesia, baik dari segi ketahanan energi maupun lingkungan. Semoga semua pihak dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama demi kemajuan bangsa Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *