Darah Dingin di Korea: Rudal Korut Meledak di Langit Selatan!

Hari Senin kemarin, militer Korea Selatan melaporkan bahwa Korea Utara telah menembakkan dua rudal balistik. Rudal pertama terbang sejauh 600 km, sedangkan rudal kedua mengalami kegagalan saat penerbangan dan mungkin meledak di udara sebelum jatuh di daratan. Puing-puing dari rudal kedua diduga jatuh di wilayah daratan.

Lee Sung-joon, juru bicara militer Korsel, menyatakan bahwa pihaknya masih melakukan analisis terhadap insiden tersebut. Saat ini, belum ada konfirmasi mengenai adanya korban jiwa atau kerusakan properti di Korea Utara akibat peluncuran ini.

Sebelumnya, Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengungkapkan bahwa kedua rudal tersebut ditembakkan dari daerah dekat pantai barat, dengan jarak terbang masing-masing 600 km dan 120 km.

Kedua rudal tersebut ditembakkan ke arah timur laut. Berdasarkan jalur terbangnya, bom kedua mungkin jatuh di daerah dekat ibu kota Korea Utara, Pyongyang. Namun, Lee menyatakan bahwa militer tidak bisa memberikan komentar lebih lanjut tentang hal ini.

Korea Selatan mengawasi persiapan peluncuran rudal oleh Korea Utara dan melacak proyektil yang sedang terbang.

“Kami sangat mengecam peluncuran rudal Korea Utara sebagai provokasi serius yang mengancam perdamaian dan stabilitas di Semenanjung Korea,” kata Kepala Staf Gabungan dalam pernyataannya, seraya menambahkan bahwa mereka telah berbagi informasi mengenai rudal tersebut dengan AS dan Jepang, seperti yang dilaporkan Reuters.

“Militer Korea Selatan akan tetap siap untuk merespons setiap provokasi sambil terus memantau aktivitas Korea Utara di bawah kerja sama pertahanan Korea Selatan-AS yang kuat,” tambahnya.

Ini adalah peluncuran rudal kedua dalam lima hari terakhir. Sebelumnya, Korea Utara menembakkan rudal hipersonik yang lepas kendali dan meledak pada Rabu (26/6/2024).

Rudal pertama yang ditembakkan pada Senin (24/6/2024) tampaknya mirip dengan rudal balistik jarak pendek KN-23 yang telah digunakan oleh Korea Utara dan diyakini telah digunakan oleh Rusia dalam konflik di Ukraina.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *