Musim kemarau yang melanda Jawa Timur telah menyebabkan dampak yang buruk pada lahan pertanian di wilayah tersebut. Sawah-sawah mengalami kekeringan yang berujung pada gagal panen. Menurut Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jawa Timur, Dydik Rudy Prasetya, hingga Selasa (6/8), luas area yang terdampak mencapai 31.588,94 hektare, dengan 7.666,80 hektare di antaranya mengalami gagal panen.
Dalam rincian yang disampaikan oleh Rudy, terdapat data mengenai luas lahan yang terdampak di beberapa kabupaten di Jawa Timur. Kabupaten Lamongan misalnya, mengalami kekeringan pada lahan seluas 11.736 hektare dan gagal panen di puso seluas 5.335,50 hektare. Sementara itu, Kabupaten Gresik, Pacitan, Bojonegoro, Tuban, Nganjuk, Mojokerto, dan Jombang juga mengalami situasi serupa dengan luas lahan yang terdampak dan gagal panen yang berbeda-beda.
Untuk mengatasi masalah kekeringan ini, Rudy menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah setempat guna memaksimalkan capaian target luas tanam pada masa tanam April-September. Upaya tersebut meliputi agenda gerakan percepatan olah tanah, percepatan tanam, serta optimalisasi jaringan irigasi. Dengan harapan bahwa debit air dapat sampai ke pertanaman dengan baik sehingga tanaman dapat tumbuh dan berproduksi secara maksimal.
“Selain itu, kami juga melakukan peningkatan debit air irigasi melalui rehabilitasi jaringan irigasi tersier,” tambahnya. Rudy juga menyoroti mengenai pengembangan irigasi pompa, pembuatan embung, serta dukungan perpompaan melalui sumur submersible secara swadaya oleh petani.
Upaya-upaya tersebut diharapkan dapat membantu petani di Jawa Timur untuk menghadapi musim kemarau yang berdampak negatif pada lahan pertanian mereka. Dengan kerjasama antara pemerintah daerah, petani, dan berbagai pihak terkait, diharapkan situasi kekeringan di wilayah tersebut dapat diatasi dengan baik demi kesejahteraan petani dan ketahanan pangan di Jawa Timur.